Thursday, November 22, 2012

Resensi My Only



Penerbit : Media Pressindo, Februari 2012
Halaman : 216 hlm
ISBN : 978-979-911-107-4
Harga buku : Rp28.000,-
Dia hadir tiba-tiba, tanpa permisi dan tanpa jeda.
Menyuguhkan sepotong rasa.
Tak biasa, namun begitu menggoda.
Berkali mencoba menghindar, hati ini semakin tergetar.
Rasa yang tidak pernah kucari namun datang sendiri.
Tak mampu kuberlari apalagi sembunyi.
Inikah rasa yang mereka sebut cinta?
Jika itu benar, aku takkan lagi mengingkarinya.
Karena sampai detik ini, kuakui aku makin cinta.
Keluarga adalah rumah, tempat berlindung, bercengkrama, dan berbagi keluh kesah. Keluarga memberi cinta, rasa percaya, dan keyakinan bahwa tidak ada yang sia-sia. Mari membaca cerita tentang keluarga, belajar tentang cinta dan rasa bahagia. (Sefryana Khairil, penulis novel Dongeng Semusim, Rindu, dan Coming Home)
My Only
by Irin Sintriana
Lucu, romantis, dan menyentuh. Itulah tiga kata yang terlintas di benak saya saat membaca novel ini. Ada sensasi asam manis di dalamnya. Buku yang patut dibaca oleh semua pecinta novel! (Intan, freelancer)
————————————————-
BOOK TRAILER MY ONLYhttp://youtu.be/rl2vqSIpSkI

 

Fakta tentang masa lalu yang begitu kelam membuat tisya untuk lebih tertutup pada laki-laki, sampai ia bertemu dengannya. Ben, seorang laki-laki yang berhasil membuka hati tisya yang selama ini kunci nya telah ia buang. Ia juga telah mengajarkan Tisya tentang arti Cinta.

Cinta mereka tidak semulus yang Ben perkirakan, setelah Ben mendapat kunci untuk membuka hati nya Tisya, ia kembali mengalami masalah dengan orang tuanya sendiri.

Namun kesungguhan Perasaan Ben pada Tisya membuat Ben mempertahan kan cinta mereka walau harus menentang mamanya sendiri.


Banyak pelajaran yang dapat di petik dari novel “My Only” karya Irin Sintriana. Author ini bisa membuka pikiran saya bahwa Banyak yang bisa kita lakukan asal tidak menyerah pada keadaan.

Kata yang paling aku suka adalah : cukup katakan padaku kalau kau masih menginginkannya aku bersamamu.

selain itu, novel ini juga mengajarkan bahwa Cinta nutuh pengorbanan, menyerah hanya membuat kita jauh lebih tersiksa, seperti Ben dan Tisya. Walaupun awalnya tisya tidak merespon perasaan ben tapi hati tidak dapat di bohong.
 
Penasaran bagaimana Ben dan Tisya memperjuangkan cinta mereka? Apa masa lalu tisya yang membuat ia membenci laki-laki?
Silahkan baca novelnya dan saksikan sendiri perjuangan mereka.
Happy reading ♥♥

No comments:

Post a Comment